Profil Desa Kumejing
Ketahui informasi secara rinci Desa Kumejing mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Kumejing, Wadaslintang, Wonosobo. Mengupas tuntas perannya sebagai pelopor pariwisata Waduk Wadaslintang, rumah bagi ikon fenomenal Lubang Sewu, sekaligus denyut nadi industri perikanan keramba skala besar.
-
Pelopor dan Primadona Wisata
Merupakan desa perintis sekaligus destinasi utama di kawasan Waduk Wadaslintang, yang reputasinya dikenal luas secara nasional.
-
Rumah Ikon Lubang Sewu
Menjadi lokasi fenomena alam unik "Lubang Sewu," sebuah lanskap bebatuan eksotis yang menjadi magnet utama wisatawan saat musim kemarau.
-
Pusat Ekonomi Perikanan Skala Besar
Salah satu sentra budidaya ikan melalui Keramba Jaring Apung (KJA) terbesar di Jawa Tengah, yang menjadi pilar ekonomi vital bagi ribuan jiwa.
Jauh sebelum Waduk Wadaslintang menjadi destinasi populer, sebuah desa di pesisir selatannya telah lebih dulu membaca denyut potensinya. Desa Kumejing, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, adalah sang pelopor sejati, komunitas yang pertama kali merintis dan mengangkat pesona danau buatan raksasa ini ke panggung pariwisata nasional. Diberkahi dengan fenomena alam unik "Lubang Sewu" dan didukung oleh industri perikanan skala besar, Kumejing bukan sekadar desa di tepi air. Ia adalah primadona, jantung ekonomi dan barometer kemajuan bagi seluruh kawasan di sekelilingnya. Ini adalah potret sebuah desa yang berhasil memadukan anugerah alam, kerja keras, dan visi kolektif menjadi sebuah model kesejahteraan yang tangguh.
Geografi Garis Pantai Luas dan Gerbang Menuju Lubang Sewu
Secara geografis, Desa Kumejing dianugerahi posisi paling strategis di kawasan Waduk Wadaslintang. Terletak di sisi selatan waduk, desa ini memiliki garis pantai yang sangat panjang dan landai, ideal untuk pengembangan dermaga, area rekreasi, dan berbagai fasilitas penunjang pariwisata. Luas wilayah Desa Kumejing tercatat sekitar 6,85 kilometer persegi, mencakup area daratan yang subur dan perairan yang produktif.Posisi desa ini menjadikannya gerbang utama dan terpenting bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung keajaiban Lubang Sewu. Batas-batas administratifnya meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan perairan Waduk Wadaslintang, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Karanganyar, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kebumen, serta di sebelah barat berbatasan dengan Desa Lancar. Kombinasi antara aksesibilitas yang mudah dan kepemilikan atas ikon wisata utama menjadikan Kumejing sebagai titik sentral yang tak tergantikan di peta pariwisata Waduk Wadaslintang.
Demografi Masyarakat Multitalenta: Dari Petani hingga Kapten Kapal Wisata
Menurut data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Kumejing dihuni oleh sekitar 4.881 jiwa. Dengan luas wilayahnya, desa ini memiliki kepadatan penduduk sekitar 713 jiwa per kilometer persegi. Karakteristik paling menonjol dari masyarakat Kumejing adalah multitalenta dan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap potensi lingkungan mereka. Sulit untuk menemukan warga yang hanya memiliki satu profesi.Seorang kepala keluarga di Kumejing bisa jadi adalah seorang petani yang mengolah lahan tadah hujan di perbukitan pada pagi hari, kemudian beralih menjadi pembudidaya ikan yang memberi pakan di keramba jaring apungnya pada siang hari, dan bertransformasi menjadi kapten kapal wisata yang ramah pada akhir pekan. Fleksibilitas ini adalah kunci resiliensi ekonomi mereka. Profesi sebagai petani, nelayan, pembudidaya ikan, pedagang, dan pelaku wisata menyatu dalam ritme kehidupan sehari-hari, menciptakan ekosistem ekonomi yang dinamis dan saling mendukung.
Pemerintahan Desa dan Tata Kelola Destinasi Unggulan
Sebagai desa wisata yang sudah mapan, peran Pemerintah Desa Kumejing bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) telah bergeser dari tahap merintis ke tahap mengelola kesuksesan. Tata kelola destinasi menjadi fokus utama, mencakup manajemen arus wisatawan, pemeliharaan fasilitas, hingga mitigasi dampak lingkungan. Sinergi antara pemerintah desa dan Pokdarwis berjalan sangat erat, di mana pemerintah memberikan payung hukum dan dukungan anggaran, sementara Pokdarwis menjadi eksekutor di lapangan."Sebagai pelopor, tantangan kami di Kumejing saat ini adalah menjaga kualitas dan keberlanjutan. Pemerintah Desa bersama Pokdarwis terus berinovasi untuk meningkatkan standar pelayanan, mengelola sampah secara profesional, dan memastikan pariwisata tetap menjadi berkah jangka panjang bagi semua warga," ujar seorang tokoh masyarakat. Upaya ini terlihat dari penataan area parkir, standardisasi tarif perahu wisata, dan program-program kebersihan yang melibatkan partisipasi aktif seluruh masyarakat.
Lubang Sewu: Ikon Fenomena Alam yang Mendunia
Daya tarik utama yang melambungkan nama Kumejing adalah Lubang Sewu. Nama ini merujuk pada fenomena alam spektakuler yang muncul saat air Waduk Wadaslintang surut drastis di puncak musim kemarau. Lanskap dasar waduk yang terdiri dari bebatuan kapur dan sedimen tererosi oleh air selama bertahun-tahun, menciptakan pemandangan sureal yang menyerupai ribuan lubang, tebing-tebing mini, dan formasi batuan eksotis.Bagi para fotografer dan wisatawan, Lubang Sewu adalah surga visual yang "instagramable". Popularitasnya di media sosial telah menarik puluhan ribu pengunjung setiap musimnya, mengubah desa yang tenang menjadi destinasi yang ramai. Masyarakat Kumejing secara cerdas memanfaatkan fenomena musiman ini dengan menyediakan jasa perahu untuk mencapai lokasi, pemandu lokal, serta warung-warung kuliner yang menyajikan hidangan khas di tengah lanskap unik tersebut.
Pilar Ekonomi Biru: Industri Keramba Jaring Apung Skala Besar
Di balik pesona wisatanya, perairan di depan Desa Kumejing adalah salah satu pusat industri budidaya ikan air tawar melalui sistem Keramba Jaring Apung (KJA) terbesar di Jawa Tengah. Ribuan petak jaring apung menjadi pemandangan sehari-hari, menjadi bukti skala masif dari kegiatan ekonomi ini. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah ikan nila, yang dikenal cepat panen dan memiliki permintaan pasar yang tinggi.Industri KJA ini menjadi pilar ekonomi utama yang menopang kehidupan ribuan warga. Rantai pasoknya menciptakan lapangan kerja yang luas, mulai dari produsen pakan, pembuat jaring, pekerja keramba, hingga pedagang besar yang mendistribusikan ikan ke berbagai kota. Sinergi dengan pariwisata pun terjalin kuat; ikan hasil panen dari KJA inilah yang menjadi bahan baku utama sajian ikan bakar yang menjadi kuliner wajib bagi setiap wisatawan yang berkunjung.
Fondasi Hijau: Pertanian di Lahan Perbukitan
Meskipun ekonominya didominasi oleh "ekonomi biru", masyarakat Kumejing tidak meninggalkan "fondasi hijau" mereka. Lahan-lahan perbukitan yang tidak tergenang air tetap diolah secara produktif. Tanaman seperti singkong, jagung, jahe, serta kayu keras untuk investasi jangka panjang masih menjadi bagian penting dari portofolio ekonomi warga. Sektor pertanian ini berfungsi sebagai jaring pengaman dan sumber ketahanan pangan, membuktikan bahwa diversifikasi adalah strategi terbaik bagi komunitas pedesaan.
Infrastruktur Kunci Penopang Status Primadona
Untuk menopang statusnya sebagai destinasi primadona, Desa Kumejing memiliki infrastruktur yang relatif paling maju di kawasan tersebut. Dermaga utama desa mampu menampung puluhan perahu wisata, area parkir yang luas dapat mengakomodasi ratusan kendaraan, dan jalan akses menuju desa terus ditingkatkan kualitasnya. Keberadaan puluhan warung makan, homestay, dan fasilitas umum lainnya menunjukkan kesiapan desa dalam menyambut arus wisatawan dalam jumlah besar.
Kumejing: Menjaga Api Pelopor di Tengah Persaingan
Desa Kumejing telah membuktikan dirinya sebagai komunitas yang tangguh, adaptif, dan visioner. Sebagai pelopor, ia telah menikmati buah dari kerja kerasnya. Namun tantangan ke depan tidaklah ringan. Persaingan dari desa-desa wisata baru di sekitar waduk, isu keberlanjutan lingkungan akibat padatnya KJA, dan pengelolaan arus wisatawan yang membludak adalah beberapa pekerjaan rumah yang harus dihadapi. Dengan semangat kepeloporan yang masih menyala, Kumejing harus terus berinovasi dan memimpin dalam praktik pariwisata dan perikanan yang bertanggung jawab, agar statusnya sebagai primadona Waduk Wadaslintang tetap abadi.